Jakarta, CS – Maraknya berita bohong atau hoax menyebabkan banyak keresahan di masyarakat. Hal itu terjadi karena biasanya informasi palsu berujung pada aksi provokasi untuk menarik opini publik.
Sebut saja situs Seword.com yang menyebarkan pesan dan opini yang bersifat provokatif. Atas hal tersebut, Seword.com pun dilaporkan LBH Perindo ke Polda Metro Jaya karena dianggap menyebar fitnah dan mencemarkan nama baik.
Melihat hal itu, Ketua Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi Dewan Pers Indonesia Ratna Komala meminta masyarakat untuk aktif bertanya perihal kebenaran suatu berita yang dianggap janggal dan tak sesuai kebenaran.
“Kita sulit untuk sweeping (media hoax), jadi caranya kami memfilter media yang mendaftar. Kalau Dewan Pers hanya mengawasi lembaga yang menghasilkan berita atau karya jurnalistik. Kalau ada media komunitas, silakan saja jalan, tapi itu bukan ranah Dewan Pers,” jelas Ratna, Minggu (19/2/2017).
“Kita sulit membedakan mana yang palsu atau hoax dan mana berita yang benar. Kalau isi beritanya menyebut para pihak, menyebutkan nama orang misalnya, bisa konfirmasi langsung ke orangnya, benar tidak berita itu. Intinya masyarakat harus aktif bertanya,” jelas Ratna.
Pelanggar Hukum di Media Sosial Sudah Berkurang
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Muhammad Iriawan mengklaim, pelanggaran hukum yang terjadi di media sosial sudah berkurang karena polisi telah menindak tegas pelaku cyber crime belakangan ini.
“Jadi sekarang ini kita pantau media sosial, pelanggaran-pelanggaran hukum yang ada sudah mulai berkurang. Ya karena, beberapa yang memang melakukan hal pelanggaran hukum kami tindaklanjuti,” kata Iriawan saat kunjungan kerja ke Polres Metro Bekasi.
Untuk itu, Iriawan mengimbau kepada masyarat agar tidak melakukan hal yang melanggar hukum di media sosial. Dan juga, jangan mudah terpengaruh dengan informasi yang diterima di media sosial.
“Yang kami lihat memang masyarakat kita sekarang pinter kok, sudah tidak banyak terpengaruh. Paling hanya beberapa persen saja. Dan sisanya, kalau info dan berita yang mereka dapat dari sosmed mungkin hoax, tidak benar, dan sebagainya,” jelas Iriawan. (*/Inyo)