Jakarta-cs, 16/5/17 (BENDERRA/SOLUSSI): Memiliki posisi strategis di antara dua samudera raya dan dua benua, menjadikan Bumi Nusantara mempunyai peran vital dalam peradaban antar bangsa.
Sebagai negara kepulauan (‘Archipelagic State’) terbesar di dunia dengan wilayah perairan yang menjadi lintasan pelayaran global, menjadikan konsepsi ‘Poros Maritim dunia’ dari Republik Indonesia (RI) benar-benar ampuh sebagai keunggulan strategis demi peradaban manusia ke depan.
Dan ternyata, PMI ini pun ‘klop’ dengan konsepsi Jalur Sutera-nya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang kini juga sedang digencarkan negeri berpenduduk terbesar di dunia tersebut.
Nah, bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi), kontribusi negara-negara ASEAN di bidang ekonomi dan pembangunan infrastruktur konektivitas menjadi kunci utama terwujudnya ‘Jalur Sutera baru’.
Jalur Sutera baru yang dikenal dengan Inisiatif One Belt, One Road (OBOR) merupakan sebuah bentuk kerja sama yang menjadi topik pembahasan Presiden Jokowi bersama 29 Kepala Negara/Pemerintahan pada Leaders Roundtable Sesi II, Forum Obor yang digelar di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Senin (15/5/17) awal pekanini.
Presiden Jokowi secara terbuka mengungkapkan, Indonesia menyadari, aspek kemaritiman dari ‘Inisiatif OBOR’ sulit terwujud tanpa kontribusi positif Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya di bidang pembangunan.
“Indonesia sebagai zona ekonomi maritim terbesar di dunia, yang perairannya merupakan persimpangan antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia memiliki peranan yang penting dan strategis,” kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi mengatakan, Inisiatif OBOR sejalan dengan salah satu kerangka strategis dalam visi dan misi pemerintah Indonesia yang dipimpinnya.
“Visi dan misi pemerintahan saya adalah wacana Indonesia sebagai poros maritim dunia,” katanya.
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi memaparkan mengenai kondisi terkini dari upaya-upaya Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan visi poros maritim dunia. Dikatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dikaruniai berbagai kekayaan alam dan wisata.
“Jarak dari bagian paling barat kepulauan Indonesia sampai ke bagian paling timur adalah sama dengan jarak dari London ke Dubai atau dari Los Angeles ke New York. Kepulauan dan perairan Indonesia yang demikian besar juga penuh dengan kekayaan alam dan kekayaan wisata,” jelas dia.
Disebutkan, potensi yang dimiliki Indonesia belum dimanfaatkan dengan baik. Sebab, sebagian besar wilayah di Indonesia yang terdiri atas kepulauan tidak terkoneksi oleh melalui infrastruktur memadai.
“Baru pada tahun 2014, tidak lebih dari satu bulan setelah saya menjabat, saya memangkas subsidi bahan bakar minyak lebih dari 80 persen. Reformasi itu menciptakan ruang fiskal sekitar US$ 15 miliar per tahun yang sebagian besar kami alokasikan kepada pembangunan infrastruktur. Maka lahirlah program pengembangan infrastruktur terbesar dalam sejarah Indonesia,” kata Presiden Jokowi.
Disebut Presiden Jokowi, setelah selama dua pembangunan infrastruktur dilakukan secara merata di seluruh Nusantara, hasilnya kini sedikit demi sedikit mulai dapat dirasakan.
Angkat Sulut
Presiden Jokowi juga mencontohkan, daerah yang berkembang pesat oleh karena pembangunan infrastruktur tersebut ialah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Provinsi Sumatra Utara, katanya, yang terletak di bagian paling barat Indonesia dan berperan sebagai gerbang masuk ke Selat Malaka, kini berkembang pesat menjadi kawasan pusat pengolahan minyak kelapa sawit dan industri ‘oleochemical’.
“Di daerah itu juga terdapat Danau Toba, sebuah danau di pegunungan yang sekarang jumlah kunjungan wisatawan bertumbuh pesat,” katanya.
Sementara itu, Provinsi Sulawesi Utara, yang terletak di bagian paling utara Kepulauan Indonesia dan berbatasan langsung dengan wilayah paling selatan Filipina, kini tumbuh sebagai menjadi sebuah destinasi baru bagi wisatawan lokal dan manca negara.
Presiden Joko Widodo bersama Presiden Republik Filipina, Rodrigo Duterte, belum lama ini meresmikan jalur pelayaran dari Davao dan General Santos di Filipina Selatan, menuju Sulawesi Utara.
“Sejak tahun lalu beberapa maskapai penerbangan Indonesia membuka rute langsung dari daratan Tiongkok ke Sulawesi Utara. Jumlah wisatawan Tiongkok ke Sulawesi Utara pun melonjak, dari 12.000 per tahun menjadi 12.000 per bulan,” kata Presiden Jokowi.
Minati Sulut
Saat ini, katanya, semakin banyak maskapai penerbangan yang berminat untuk membuka jalur penerbangan menuju Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Kedua provinsi tersebut kini juga menjadi peluang investasi baru bagi para investor.
“Kami ingin mengundang Bapak dan Ibu sekalian untuk juga menghubungkan jasa-jasa pelayaran dan rute-rute penerbangan pada dua gerbang di bagian barat dan utara Indonesia ini. Saya percaya yang dibutuhkan di dunia saat ini adalah proyek-proyek yang konkret,” katanya.
Presiden Jokowi optimistis visi kerja sama dan konektivitas antara negara-negara OBOR dapat terwujud dengan memperlihatkan kepada dunia mengenai perkembangan pesat pembangunan di berbagai bidang.
“Sebagaimana disampaikan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, visi kita akan terbangun satu per satu. Ada pepatah Bahasa Inggris yang mengatakan “Seeing is Believing.” Mari kita perlihatkan kepada dunia bahwa kita benar-benar membangun visi kita secara konkret,” kata Presiden Jokowi, sebagaimana dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Bitung ditawarkan
Menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) One Belt One Road (OBOR) 14-15 Mei di Beijing, Tiongkok, Pemerintah RI menawarkan sejumlah proyek strategis.
Pada bidang transportasi, pemerintah menawarkan proyek pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung di Sumatera Utara dan Bitung di Sulawesi Utara.
“Kalau dari saya kita mengembangkan dua internasional port hub di Kuala Tanjung dan Bitung. Dan itu diikuti beberapa proyek keretapi dan pengembangan properti yang lain,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Kantor Kemenko Maritim, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu.
Manado perioritas
Dalam kesempatan yang sama Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Panjaitan, menjelaskan, proyek pelabuhan akan diikuti dengan pengembangan proyek kereta api terkoneksi. Ditambahkanya, nilai investasi untuk proyek transportasi tersebut sekitar US$1,5 miliar.
“Nah kita kombinasikan dengan sekarang jalan kereta api koneksikan disitu. Sampai ke Danau Toba sampai ke Duri, Dumai, pekanbaru. satu area semua itu. agar semua terkoneksi lah. Kemudian yang di Manado juga diprioritaskan, sedang kita lakukan supaya lebih bagus lagi,” terang Luhut.
Selain itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, mengatakan pemerintah juga berencana menawarkan investasi di bidang energi, untuk proyek kilang di Bontang, Kalimantan Timur dengan nilai investasi hingga US$10 miliar.
“Kita cuma satu ya, Bontang. ‘Refenery Bontang’. Bontang itu US$10-15 miliar. Yang ‘leading’ sekarang ini ada Sinopec (perusahaan minyak asal Tiongkok, Red) akan ada juga untuk bontang ini, Kuwait,” ujarnya, sebagaimana dilansir ‘detikfinance.com’.
Terakhir, proyek yang ditawarkan di bidang pariwisata yakni pengembangan kawasan wisata Mandalika, di Nusa Tenggara Barat.
Sejumlah proyek tersebut dinilai Luhut memiliki total nilai investasi sekitar US$ 30-35 miliar, dimana skema yang akan ditawarkan ialah ‘business to business’ (b to b). Demikian seperti diolah Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’ dari berbagai sumber untuk ‘Cahayasiang.com’. (B/S-BS/DC/jr)