Denpasar-CS, 6/7/17: Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Polisi Petrus Reinhard Golose menegaskan, tertangkapnya dua terduga teroris di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (4/7/17) lalu, yang rencanannya akan masuk ke Bali, ditanggapi serius jajaran jajaran kepolisian daerah (Polda) Bali.
Terkait itu, sejumlah pintu masuk ke daerah pariwisata ini terus diawasi dan pemeriksaan juga dilakukan dengan teliti dan ketat melibatkan petugas yang menggunakan senajata lengkap.
Penegasan untuk peningkatkan pengawasan lebih ketat termasuk di markas-markas kepolisian itu disampaikannya, sembari memerintahkan jajarannya untuk memperketat pengawasan di pintu masuk Bali, seperti di Pelabuhan Gilimanuk dan Padangbai dan disejumlah Polres dan Polsek.
Pengamanan ketat ini terkait ditangkapnya dua pemuda yakni Aji Muhammad I Gusti Ngurah Rai, 54 tahun, dan Sutari, 37, saat mendatangi Mushola Polsek Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (4/7/17) sekitar pukul 03.30 dini hari.
Keduanya bermaksud menginap di musala tersebut, karena kemalaman. Namun aparat kepolisian setempat mencurigainya dan memeriksa barang bawaan.
Sesudah dilakukan pemeriksaan dan tas terdudaga teroris dibuka, ditemukan tiga buah sajam di dalam tasnya. Keduanya langsung ditangkap dan diinterograsi dan mengaku bagian dari kelompok ISIS yang akan masuk ke Bali.
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Hengky Widjaja membenarkan, kedua pemuda yang ditangkap di Jatim, terduga kelompok ISIS.
Polda Bali sendiri masih berkomunikasi dengan Polda Jawa Timur dan Polres Banyuwangi untuk mencari latar-belakang kedua pemuda tersebut.
“Polda Bali mengintensifkan komunikasi dengan Polda Jawa Timur dan Polres Banyuwangi untuk menyelidiki dan menelusuri nomor handphone kedua orang tersebut,” bebernya.
Disisi lain, kata Kombes Hengky, Polda Bali juga akan memperketat pemeriksaan dan pengawasan di pintu masuk Pelabuhan Gilimanuk dan Padangbai.
Pemeriksaan itu juga diberlakukan di jajaran Polres se Bali dan Polsek Polsek. Setiap orang yang masuk diperiksa ketat baik identitas dan barang bawaannya untuk mengantisipasi serangan dari kelompok kaum radikal. Demikian ‘Suara Pembaruan’ memberitakan. (CS-SP/BS/jr)