Jakarta, 13/9/17 (CS): Proyek pembangunan hunian vertikal Meikarta sebagaimana dikembangkan PT Lippo Cikarang selain ikut mendongkrak pertumbuhan perekonomian nasional, juga bagian dari solusi ikut mengatasi defisit 11 juta rumah yang sedang terjadi di Indonesia.
“Fokusnya adalah bagaimana memikirkan 11 juta defisit rumah,” ujar
Chairman Lippo Group, James Riady usai “BTN Golden Property Awards” di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (11/9/17) awal pekan ini.
James juga menjawab gamblang pertanyaan terkait legalitas hukum pembangunan yang belum dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Dia membeberkan, Lippo telah mengajukan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) pada Mei 2017 kepada instansi pemerintahan setempat sebagai pertimbangan untuk penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB).
Saat proses kajian hampir selesai, tiba-tiba Pemerintah Provinsi Jawa Barat merekomendasikan untuk menghentikan kajian atas dasar Peraturan Daerah Nomor 12/2014.
Walau begitu, James tetap menyampaikan permohonan maaf atas masalah perizinan tersebut. “Mohon maaf kalau ada kekurangan, tapi semua akan dilengkapi. Fokusnya kita ikut bantu perekonomian nasional dalam mengatasi defisit rumah,” tegas James.
Harus turunkan harga
Dia mengharapkan kepada pemerintah maupun masyarakat agar melihat pembangunan proyek Meikarta sebagai langkah positif menjawab kebutuhan dasar akan perumahan.
Saat ini, menurut James, banyak orang yang ingin membeli rumah, tetapi harganya tidak terjangkau. Sementara, Meikarta bertujuan menyajikan rumah yang terjangkau.
“Harapan saya adalah bagaimana semua pengembang memikirkan harga perumahan harus turun, tidak bisa lagi belasan juta (per meter persegi),” jelas James.
Dia menyontohkan hunian di Meikarta yang harganya sekitar Rp7 juta per meter persegi. Dengan nilai jual per unit mulai Rp120 juta, seharusnya harga ini bisa dijangkau para pekerja khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Secara terpisah, Direktur Informasi Publik Meikarta, Danang Kemayan Jati memastikan proyek Meikarta bagian dari misi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Tak hanya dialami Indonesia, ekonomi dunia sedang mengalami ketidakpastian.
Hal ini, lanjut dia, berujung pada menurunkannya daya beli masyarakat di sektor properti.
“Jadi bukan semata-mata kepentingan bisnis Lippo, kami berpikir bagaimana Meikarta dapat mendongkrak kelesuan ekonomi ini. Kami percaya ekonomi tidak pernah garis lurus ke atas atau bawah. Kami mau bangun ekonomi yang kesannya lagi lemah,” ujar Danang.
Terkait begitu gencarnya informasi tentang Meikarta sekarang ini, dia menilai kondisi ini tak lepas dari antusiasme masyarakat terhadap hunian. “Tentunya ini menjadi angin segar bagi properti yang tengah melambat,” katanya.
Danang melihat kebutuhan masyarakat akan perumahan sangat besar. Ada jutaan pekerja yang menerima gaji tapi tidak mampu beli rumah karena harga tidak terjangkau.
“Maka hati kami yang fokus pada Meikarta juga mendukung pemerintah untuk menyukseskan Program Sejuta Rumah,” tandas Danang Kemayan Jati. (CS-Feber Sianturi/tim/jr — foto ilustrasi istimewa)