Lippo Village, 24/11/18 (CS): Berjuluk ‘si manusia ide’, Dr Mochtar Riady yang usianya kini memasuki 90 tahun, tampil membawakan orasi ilmiah di acara wisuda Universitas Pelita Harapan.
Founder dan Chairman Lippo Group tersebut mengingatkan, saat ini sudah berkembang kecerdasan buatan atau artifical intelligence. Sehingga, hal ini membutuhkan kesadaran semua pihak, karena keadaan saat ini sudah masuk era yang dinamakan dengan ekonomi digital.
Demikian peringatan akademik Founder dan Chairman Lippo Group, Dr Mochtar Riady, yang juga mengingatkan, saat ini merupakan era teknologi.
“Intinya, pada era ekonomi digital adalah sharing economy. Sharing economy berarti ekonomi yang kebersamaan. Contoh paling gampangnya dilihat itu adalah Grab, Gojek, atau Uber. Yang tidak memiliki mobil dan sopir, namun dimana-mana dia ada,” kata Mochtar pada Wisuda Universitas Pelita Harapan (UPH) ke-34 di Grand Chapel UPH Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Sabtu (24/11/18).
Kenyataan tersebut, menurutnya, berarti semua pihak dikerahkan untuk memanfaatkan setiap fasilitas yang dimiliki orang lain untuk memberikan suatu pelayanan. Sharing ekonomi ini sangat bermanfaat dalam pertumbuhan ekonomi karena sangat efisien.
Sharing ekonomi ini berarti menyatukan semua pihak serta dapat menciptakan lapangan kerja yang luas. “Ini kira-kira tren ke depan. Oleh karena itulah dalam pendidikan kita ini perlu dititikberatkan pada digital teknologi. Dan untuk mendatang jika yang diceritakan digital, tentu semuanya sudah digitalisasi. Maka, suatu hal yang paling lemah pada era digital ini adalah hadirnya peretas atau hacker,” kata Mochtar.
Butuh pelajaran ‘blokchain’
Mochtar Riady berpendapat, untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan blockchain. Untuk itu, diharapkan dunia pendidikan segera menghadirkan mata pelajaran blockchain. Yakni sebagai sebuah mata pelajaran yang perlu dikuasai oleh generasi saat ini.
“Jadi, mata pelajaran blockchain adalah salah satu topik atau salah satu ilmu yang sangat penting di dalam akademik ini,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III, M Samsuri mengatakan, pihaknya selalu mendorong perguruan tinggi (PT) untuk menyiapkan lulusan yang siap menghadapi era revolusi industri ini. Salah satunya, mahasiswa harus menguasai analisa big data untuk menunjang kinerja.
“LLdikti wilayah III ini selalu menjadi barometer untuk kemajuan perguruan tinggi. Baik itu negeri maupun swasta di Indonesia untuk menghasilkan lulusan bukan hanya berpengetahuan tapi berketerampilan yang sesuai dengan era Revolusi Industri 4.0. Jadi bukan hanya hasil belajarnya tapi keterampilan yang berupa hard atau soft skill,” ujarnya seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
UPH dapat diandalkan
Untuk itu, kata Samsuri, pihaknya selalu mendorong perguruan tinggi untuk memperhatikan kemampuan hard dan soft skill mahasiswa sehingga tidak hanya sekedar capaian pembelajaran yang dikejar tetapi mutu.
Menurut Samsuri, Universitas Pelita Harapan (UPH) termasuk perguruan tinggi yang dapat diandalkan di wilayah LLDikti III. Pasalnya, UPH konsisten menghasilkan lulusan kompetitif.
Dengan demikian, ia mendorong UPH untuk bersaing hingga level internasional.
“Kami LLDikti III selalu memimpikan ada perguruan tinggi swasta yang dapat masuk dalam 500 atau 700 besar dunia dan UPH menjadi salah satu yang kami beri tantangan,” ujar Samsuri. (CS-BS/jr)