Jakarta, 4/3/19 (CS): Nyaris tak habis-habisnya butiran inspiratif lahir dari sang Pendiri Lippo Group, Mochtar Riady. Itu sebabnya dia dijuluki “Manusia Ide”.
‘Seri Inspirasi’ edisi hari ini, menghadirkan butiran pemikirannya yang pernah terlontar dalam suatu kesempatan, dimana ia mengatakan, masalah kemiskinan telah terjadi sejak beberapa ratus tahun lalu. “Sejalan dengan itu, ratusan buku diterbitkan membahas tentang kemiskinan, tetapi belum ada satu pun yang menawarkan solusi,” beber sosok yang tetap energik memasuki usia 90 tahun, dan sangat gemar membaca ini.
Nah, dari studinya, Mochtar menilai, kemajuan teknologi dapat menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan, yakni melalui ekonomi digital.
“Kemiskinan ini masalah klasik. Cerita tentang kemiskinan sudah banyak ditulis. Bahkan Adam Smith hingga Karl Marx telah mengisahkan di buku-bukunya. Namun tidak ada solusi pengentasan kemisikinan bagi manusia. Sekarang ada kemajuan teknologi informasi yang bisa mengatasi kemiskinan,” kata Mochtar dalam sambutannya, ketika menyerahkan dana senilai Rp1,5 miliar sebagai bagian dari program Bantuan bagi Mahasiswa Berprestasi Lippo (BMBL) di Gedung Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Jakarta, Selasa (22/1/19) lalu.
Mempersingkat proses distribusi
Bagi Mochtar, hadirnya ekonomi digital bisa menjadi solusi, karena mempersingkat proses distribusi yang selama ini dilakukan oleh masyarakat desa.
”Iklim perdagangan masa lalu dengan mengharuskan penjual bertemu pembeli merugikan penjual. Hadirnya ekonomi digital, semua transaksi dapat dilakukan secara online,” ujarnya seperti dilansir BeritaSatu.com dan BENDERRAnews.
Untuk itu, ia mengaku, sekarang sudah mempersiapkan dengan memanfaatkan teknologi dan ekonomi digital. Dalam hal ini, mempersiapkan bagiamana supaya digital masuk desa.
Dituturkannya lagi, salah satunya melalui sistem e-commerce untuk membantu warung-warung di desa.
Siap jadi penjamin
Dengan begitu, masyarakat di pedesaan dapat menikmati hasil panennya dan dapat mengubah taraf hidup menjadi lebih baik.
“Selama ini petani tidak mempunyai informasi harga. Akibat tidak tahu harga, maka petani menjual produknya murah dan di sisi lain, petani membeli barang pabrikan dengan harga mahal. Hal inilah yang membuat petani miskin,” ujarnya.
Dalam mendukung pembangun ekonomi digital di pedesaan ini, Mochtar mengaku siap menjadi penjamin seperti Jack Ma dengan Alibaba Group.
“Saya siap jamin. Jadi orang membeli via e-commerce, dia berani bayar dulu. Kalau tidak cocok dengan barangnya, kirim kembali, saya bayar, ini baru bisa,” demikian Mochtar Riady.
Jumpa Jack Ma
Ia juga mengisahkan, pada 2014, ia diundang oleh Jack Ma untuk berdialog.
Dari pertemuan yang menghabiskan waktu 13 jam tersebut, ia menilai apa yang dilakukan Jack Ma melalui Alibaba sangat baik. Karena dapat membantu masyarakat Tiongkok yang juga menghadapi masalah kemiskinan.
“Pada 2014, saya diundang Jack Ma ke Tiongkok dengan jadwal pertemuan pada 8:30-11:30 pagi. Jadi tiga jam dan saya berpikir dia tidak mengundang makan siang. Tetapi tidak demikian, setelah pertemuan itu kami lanjutkan makan siang, diteruskan jam 05:00 sore dan dia mengundang saya makan malam di rumahnya sampai jam 9:30 malam. Jadi kami berbicara nonstop 13 jam,” ungkapnya.
Selanjutnya, Mochtar juga mengatakan, agar ekonomi digital dapat berjalan, ia telah mengusulkan ke Menteri Perindustrian untuk melarang toko ritel masuk ke perdesaan. Masyarakat desa sebaiknya membeli barang melalui pasar digital.
Untuk itu, ia berharap, ada keberpihakan jaringan komunikasi bebas pulsa atau tidak membebankan masyarakat pedesaan layaknya WhatsApp, agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses semua informasi.
”Masyarakat dapat informasi harga barang, sehingga dapat menjual hasil panennya lebih tinggi dan membeli barang pabrikan lebih murah,” demikian Dr Mochtar Riady yang pernah menjadi Ketua Wali Amanah Universitas Indonesia (UI) ini. (CS-BS/jr — foto ilustrasi istimewa)