Jakarta, 21/3/19 (CS) – Ada nukilan-nukilan menarik yang dituangkan jurnalis Lenny Tristia Tambun pada BeritaSatu.com, Edisi Selasa, 26 Januari 2016, dengan judul asli: “Ini Pesan Mochtar Riady dalam Buku “Manusia Ide”
Ia memandang dari sudut lain ihwal sosok Mochtar Riady, Pendiri Lippo Group yang dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah “Forbes” dan tahun 2016 lalu meluncurkan buku otobiografi berjudul “Manusia Ide”.
Buku ini memang mengisahkan perjalanan hidupnya selama 87 tahun, saat melewati masa-masa sulit hingga mencapai sukses sekarang.
“Yang ingin saya sampaikan adalah, saya dilahirkan dan dibesarkan di Malang. Namun nasib saya tidak malang. Kenapa tidak malang? Karena saya berani memikirkan hal-hal yang besar. Kalau kita berani memikirkan hal yang besar dan berjuang untuk itu, maka kita akan berhasil,” kata Mochtar dalam acara Peluncuran Buku Manusia Ide di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Selasa (26/1/19) lalu.
Hanya bermodalkan ide
Dalam bukunya setebal 336 halaman ini, juga menceritakan bagaimana kiat suksesnya dalam merintis bisnis dari nol yang melintasi lima zaman, lintas generasi, lintas sektoral, lintas industri, lintas negara dan lintas budaya.
Semuanya itu dikerjakan hanya bermodalkan ide.
Karena itu, setiap kata yang terangkai dalam kalimat mudah dipahami ini, Mochtar Riady ingin mengajak generasi muda Indonesia menjadi sosok berani, jujur dan punya visi hidup yang tepat.
Bila kita membaca buku ini, ada tiga pesan tersirat yang ingin disampaikannya.
Yaitu, diperlukan keberanian untuk mendobrak sesuatu, banyak membaca buku supaya mempunyai visi yang tepat dan bekerja secara jujur dengan tidak tergoda dengan suap-menyuap.
“Pesan saya kepada generasi muda adalah, saya ingin mengajak generasi muda supaya mempunyai hati yang besar, keberanian untuk mendobrak. Salah satunya, ketika saya pergi dari Kota Malang ke Jakarta tanpa modal. Saya hanya berani. Buktinya saya bisa ke Jakarta, lalu langsung berani ke Hongkong dan ke New York untuk buka cabang. Jadi bukan soal uang, tapi soal ide dan berani,” tegasnya.
Sangat dekat ayah
Pendiri Sekolah Pelita Harapan ini mengaku sangat dekat ayahnya. Dan justru sang ayah yang mendekatkan dia dengan kegemaran membaca buku dengan topik-topik cukup berat untuk anak berusia sembilan tahun.
Deisbutnya, manusia itu perlu banyak membaca buku, agar memiliki pengetahuan yang luas. Kebiasaan membaca buku masih diteruskan Mochtar hingga saat ini.
“Ayah saya membujuk membaca komik bergambar tentang Sam Kok (Kisah Tiga Negara). Setelah saya mengerti, baru saya diberi buku Sam Kok. Jadi saya tahu sejarah Tiongkok Kuno. Peranan ayah dalam hidup saya sangat besar. Jadi manusia itu perlu banyak baca. Kalau tidak, dia tidak akan tahu banyak,” ungkapnya.
Selain berani dan gemar membaca buku, dalam bukunya ini Mochtar juga menekankan bagaimana menjalani hidup dengan menjunjung tinggi kejujuran. Tidak mau menerima suap atau menyuap telah membuatnya dihargai dalam menjalankan bisnisnya hingga dapat berkembang besar.
“Dulu saya pernah diberikan batangan emas, tetapi istri saya mengingatkan untuk tidak menerima itu. Saya bersyukur diingatkan akan hal itu. Dan itu terus saya junjung tinggi. Bekerja dengan jujur, jangan tergoda dengan benda-benda yang tidak sah, karena itu akan menjatuhkan kita,” tukasnya.
Buku autobiografi Mochtar Riady terbagi menjadi lima episode perjalanan hidupnya. Setiap episode menceritakan 20 tahun perjalanan hidupnya hingga memasuki umur 87 tahun. Episode 20 tahun pertama (1929-1950) menceritakan masa kecil penuh duka dan derita; episode 20 tahun kedua (1951-1970) mengisahkan masa bersama pemerintahan membangun ekonomi nasional; dan episode 20 tahun ketiga (1971-1990) mengungkapkan masa pengembangan usaha dalam era globalisasi ekonomi.
Selanjutnya, episode 20 tahun keempat (1991-2010) menceritakan dari era Samudra Atlantik sampai era Samudra Pasifik; kemudian episode 20 tahun kelima (2010 dan seterusnya) mengisahkan masa tua sebagai panutan bagi anak cucu dan generasi penerus. (CS-BS/jr)