Jakarta, 27/3/19 (CS): Sebanyak 15 danau, termasuk Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, telah ditetapkan sebagai prioritas dalam gerakan penyelamatan dan pemulihan.
Sayangnya, kendati gerakan penyelamatan dan pemulihan 15 danau prioritas sudah dicanangkan sejak 10 tahun lalu, namun hingga kini hasilnya masih belum memuaskan.
Tegasnya, belum ada hasil konkret yang dihasilkan pemerintah.
Karena itu, diperlukan sinergi antar sektor, agar program tidak berjalan sendiri-sendiri. Kajian ilmiah pun harus digunakan agar aksi dan program pemulihan sesuai kondisi ekosistem danau.
Selain Danau Tondano, danau prioritas lainnya, ialah, Toba, Maninjau, Singkarak, Kerinci, Rawa Danau, Rawa Pening, Batur, Sentarum, Kaskade Mahakam, Tempe, Matano, Poso, Sentani dan Limboto.
Kesepakatan Bali
Sebagaimana dilansir Suara Pembaruan, kesepakatan penyelamatan 15 danau prioritas ini dituangkan dalam Kesepakatan Bali tentang pengelolaan danau berkelanjutan yang telah ditandatangani sembilan menteri pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I di Bali tahun 2009.
Kesepakatan itu dikuatkan kembali melalui Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) yang diluncurkan pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang tahun 2011, ditandai penandatangan kesepakatan menteri tentang penyelamatan danau prioritas nasional.
Kepala Pusat Penelitian (Puslit) Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fauzan Ali mengatakan, LIPI mengusulkan pada setiap rencana aksi penyelamatan danau harus berdasarkan kajian penelitian.
“Jangan sampai aksi yang dilakukan hanya berdasarkan ide-ide liar yang muncul di rapat bersama,” katanya di Jakarta, Selasa (26/3/19), sebagaimana juga dilansir BeritaSatu.com.
Baru tiga danau
Ia menegaskan, kajian ilmiah untuk aksi penyelamatan danau bisa diambil dari lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Dalam kajian ilmiah lanjutnya, akan diungkap kondisi ekosistem, zonasi dan karakteristik danau yang tidak akan sama satu dengan lainnya.
Fauzan menjelaskan, saat ini LIPI sudah memiliki kajian ilmiah untuk tiga danau yakni Danau Toba (danau vulkanik) di Sumatera Utara, Danau Tempe (danau paparan banjir) di Sulawesi Selatan, dan Danau Matano (danau tektonik) di Sulawesi Selatan.
Disebutnya, Danau Toba sebagai danau vulkanik memiliki eksotika pariwisata, sehingga kondisi danau pun harus cantik dan sehat. Air yang ada di Danau Toba pun mampu membangkitkan pembangkit listrik tenaga air Sigura-gura yang menjadi salah satu objek vital nasional.
Kegiatan budidaya perikanan pun harus memperhatikan daya dukung dan tidak menggangu kondisi Danau Toba.
Danau Purba
Sementara itu, mengenai Danau Tempe, ini merupakan danau paparan banjir, sehingga perlu sentuhan khusus. Jika musim hujan air tergenang dan jika kemarau air akan surut dan danau ditumbuhi rumput layaknya lapangan golf.
“Di Danau Tempe tidak sekadar mengeruk sedimentasi tetapi juga harus mempertimbangkan kemiringan lahan jika ada aktivitas perikanan,” ungkap Fauzan.
Danau Tempe ini tambahnya, menjadi pemasok ikan di Sulawesi Selatan.
Sementara itu untuk Danau Matano yang merupakan danau purba harus dijaga karena bagian dari kekayaan alam Indonesia. Di danau tersebut memiliki kandungan logam tinggi sehingga sulit dilakukan budidaya perikanan.
“Ikan yang hidup di Danau Matano adalah ikan endemik atau asli danau itu,” ujarnya.
Di samping itu, Danau Matano juga memiliki keunikan keanekaragaman hayati. Keunikan ini seharusnya bisa dijaga dan mendatangkan nilai keekonomian yakni pariwisata dunia.
Untuk tahun 2020-2024, LIPI lanjutnya fokus pada penelitian daerah aliran sungai yang nantinya akan ada yang bermuara ke danau. Sebab dikhawatirkan di 2045 Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur akan mengalami peningkatan ancaman defisit air.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, dalam upaya penyelamatan danau prioritas, sinergitas memang diperlukan.
“Komitmennya sangat kuat, langkah-langkah juga sudah dilakukan, sudah kelihatan, tapi masih parsial,” katanya.
Dalam keterangan tertulisnya ia menjelaskan, presiden juga mengarahkan perlunya edukasi publik berkaitan dengan pencegahan bencana, termasuk akibat kerusakan danau. (CS-SP/BS/jr — foto ilustrasi istimewa)