Jakarta, 8/6/19 (CS): Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia bergerak cepat dengan menebarkan imbauan damai dan jaga persatuan melalui DPC GMNI Baubau, Sultra, pasca-bentrok berdarah antar warga di Buton.
Pihak Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) intinya mengharapkan Warga Buton yang bertikai agar kembali kembangkan spirit damai dengan semangat persatuan dan kesatuan melalui aplikasi semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Imbauan ini dikeluarkan dan terus dimasyarakatkan, menyusul sebanyak 56 rumah warga Desa Gunung Jaya, Kecamatan Siotapina, Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) dibakar sekelompok pemuda dari Desa Sampuabalo, pada Rabu (5/6/19) sore.
Kejadian ini berangkaian dengan bentrokan berdarah yang berdasar laporan pihak kepolisian, dua orang tewas dan delapan lainnya mengalami luka-luka serta harus mendapat perawatan intensif.
Kutip ungkapan Bung Karno
Bagi GMNI, warga bangsa Indonesia harus memiliki kesadaran tinggi tentang negara kita yang terdiri beragam suku bangsa, ras, agama, budaya, dan diikat dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu.
Perbedaan ini seharusnya menjadi suatu kekayaan dan kekuatan bangsa Indonesia. Apalagi bangsa kita dikenal memiliki banyak kearifan lokal. Jadi bukan malah menjadikan perbedaan itu untuk memecah belah bangsa sebagaimana dilakukan parah penjajah sejak dulu.
GMNI pun mengutip pernyataan Bung Karno lewat pidatonya pada tahun 1964 yang berpesan tenyang pentingnya persatuan dan kesatuan. Proklamator kemerdekaan bangsa ini mengumpamakan Indonesia sebagai sapu lidi, yang terdiri dari beratus-ratus lidi. Jika tidak diikat, lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan.
“Tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat, tidak ada saudara-saudara,” kata Sukarno.
Dibutuhkan kedewasaan dan kecerdasan
Namun demikian, GMNI sebagaimana rilisnya yang diterima redaksi, berpendapat, dibutuhkan kedewasaan dan kecerdasan dalam meyikapi perbedaan ini. Sebab, ketika tidak hadirnya kedewasaan dalam menyikapi ini dengan baik dalam masyarakat, akan berpotensi sebagai bom waktu yang kapan saja akan meledak.
Terbukti hari ini “Negeri khalifatul Hamis” yang juga dikenal sebagai “negeri 1000 benteng” dan mempunyai benteng terluas di dunia, terjadi konflik pertikaian antar dua Kelompok Warga di Kabupaten, yaitu pemuda Desa Gunung Jaya kontra pemuda Desa Sampuabalo,
Sebanyak 56 rumah warga Desa Gunung Jaya, Kecamatan Siotapina, dibakar sekelompok pemuda dari Desa Sampuabalo, pada Rabu (5/6/19) sore. Ini berangkaian dengan bentrokan berdarah terjadi di wilayah Buton, Sulawesi Tenggara tersebut di hari yang sama.
Akibatnya, berdasar laporan kepolisian, dua orang tewas dan delapan lainnya mengalami luka-luka serta harus mendapat perawatan intensif.
Belum diketahui penyebab pasti pemicu pertikaian yang melibatkan antarkelompok pemuda dari dua Desa yang bertetangga itu.
Karena itu, di sinilah juga peran dan fungsi pemerintah daerah beserta Polri untuk tampil menyejukkan suasana sekaligus menegakkan Kamtibnas. (CS-r/ct/jr)
Pernyataan sikap GMNI
Terkait bentrok berdara ini, GMNI Baubau menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Meminta kepada Polri untuk Mengusut tuntas pelaku pembakaran rumah dan Pelaku Pembunuhan dan luka – luka akibat betrokan tersebut.
2. Meminta kepada pemerintah Kabupaten Buton untuk memenuhi kebutuhan pengungsi, baik kebutuhan dasar (makanan, pakaian dan tempat tinggal yang layak) maupun kebutuhan counseling untuk mengatasi aspek traumatis pengungsi.
3. Konflik yang terjadi adalah bentuk gagalnya pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menciptakan rasa aman yang merupakan hak asasi dari setiap warga Negara.
4. Menuntut agar Kapolri beserta Kapolda Sulawesi Tenggara dan Kapolres Buton segera bertanggung jawab, karena telah terbukti secara nyata gagal melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menciptakan kemanan dan pengayoman terhadap warga negara.
5. Meminta seluruh unsur muspida Buton, tokoh agama dan tokoh masyarakat di Buton untuk segera turun tangan dan duduk bersama untuk menenangkan masyarakat dan memediasi perdamaian sehingga tercipta komitmen perdamaian yang kuat.
6. Mengimbau kepada masyarakat di Buton khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya agar menjaga keamanan dan keharmonisan kehidupan di masyarakat serta tidak mudah terprovokasi.