Jakarta, 12/8/19 (CS): Ada yang berbeda di Lippo Mall Puri Indah pada Jumat (9/8/19) hingga Minggu (11/8/19) kemarin. Pengunjung dibuat terpukau menyaksikan sejumlah hasil karya arsitektur yang terbilang spektakuler dari para mahasiswa Universitas Pelita Harapan.
Dilaporkan, Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) memang tengah memamerkan hasil karya lewat pameran spesial bertajuk Sebuah Proses, di Lippo Mall Puri Indah. Pameran tersebut sekaligus menjadi bukti eksistensi mereka di dunia seni arsitektur.
Sebagaimana dikemukakan Ketua program studi (Prodi) Arsitektur UPH, Alvar Mensana, Sebuah Proses bertujuan memberikan wawasan mengenai proses pembelajaran mahasiswa arsitektur UPH, mulai dari titik awal permulaan perkuliahan, hingga tingkat akhir proses pembelajaran arsitektur.
Selain itu, pameran juga memamerkan ciri khas dan keunikan dari arsitektur UPH dari cara pembuatan maket 3D, hingga cara berpikir pada tingkat dasar sampai tugas akhir (TA).
“UPH Arsitektur mengutamakan posisi akademik agar lulusan dapat berkembang di esok hari, sejalan dengan perkembangan teknologi,” kata Alvar pada saat pembukaan pameran karya mahasiswa arsitektur UPH, Jumat (9/8/19) malam lalu.
Relevan dengan sistem pembelajaran
Alvar menambahkan, karya yang dipamerkan sudah diseleksi oleh himpunan mahasiswa Aristektur UPH.
Dijelaskan, karya yang disebut relevan, dalam hal ini berkaitan dengan sistem pembelajaran prodi Aristektur yang ditawarkan UPH.
Dalam Prodi, menurutnya, mahasiswa didorong untuk selalu bertanya tentang arsitektur, atau mahasiswa diajarkan berdiskusi dengan para mahasiswa terkait peran aristektur di masa mendatang .
Alvar menuturkan, konsep pembelajaran yang ditawarkan UPH ini berkaca dari perubahan zaman.
“Jadi bagaimana kita selalu menanyakan arsitektur itu apa. Bukan kita mengajarkan arsitektur itu harusnya seperti apa dan bagaimana?” ujarnya.
Pencetus arsitek masa depan
Selanjutnya, Alvar mengharapkan, karya-karya mahasiswa yang dipamerkan bisa menjadi pencetus untuk arsitek di masa mendatang.
Pada kesempatan sama, Alvar memperlihatkan hasil desain bangunan dari salah satu mahasiswa UPH, Jeremiah Tiono.
Hasil desain menggambarkan tata cara hidup beragama yang dituangkan dalam karya arsitektur setelah melakukan observasi kehidupan masyarakat Cirebon, dimana diwarnai akulturasi atau pencampuran agama, budaya serta suku.
“Jeremiah melihat kondisi di Cirebon. Ia coba menggambarkan apa yang akan terjadi di masa mendatang dengan agama dijadikan bangunan,” ujarnya.
Tampilkan 15 karya
Sementara Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur, Nicky Anthony, mengatakan pameran yang berlangsung tiga hari ini menampilkan 15 karya dari semua angkatan.
Dia menuturkan, masing-masing karya yang dipilih memiliki keunikan.
“Orang banyak berpikir arsitektur itu ya terkait dengan bangunan. Namun sebetulnya ada hal lain, arsitektur ini adalah segala sesuatu yang memengaruhi hidup kita dari sosial, politik, ekonomi, dan mencakup kehidupan kita yang bisa dipegang, dibawa, dilipat, dan lainnya,” katanya.
Sementara itu, Arsitek Indonesia, Ahmad Djuhara, mengapresiasi pameran yang diselenggarakan oleh mahasiswa UPH. Disebutnya, pameran menunjukkan proses belajar dan mengajar yang dilakukan UPH.
“Dalam pameran ada karya mahasiswa menggunakan batu bata dan tanah liat. Kita dapat mudah memahami karya dalam pameran. Ini berarti mahasiswa dan dosen sukses mendemonstrasikan,” ujarnya.
Ahmad menuturkan, mendidik seseorang mahasiswa menjadi arsitektur bukan hal yang mudah. Mahasiswa tersebut perlu diajak paham mengenai elemen dasar dari arsitektur, seperti ruang dan memahami suatu proses. Oleh karena itu, dia menyebut, hasil karya yang dipamerkan mahasiswa UPH ini mencapai batas-batas yang bisa dilakukan oleh otak manusia.
“Ini menarik untuk dilihat ketika mahasiswa melakukan sesuatu di luar kebiasaan,” demikian Ahmad Djuhara. (CS-BS/jr)